Ayo Foto Aku, Om.    

Sabtu, 30 Maret 2013

Ayo Foto Aku, Om.

Sepenggal kisah ini aku tulis dengan sedikit gemetaran, membayangkan cerita itu membuatku tak henti-hentinya mengajak diriku untuk makin menjadi Papa yang baik bagi anak-anakku. 

Saat itu aku harus ke Jakarta untuk sebuah urusan bisnis, menggunakan Kereta Api tentu saja, karena ini satu-satunya kendaraan yang tercepat menurut aku, dan juga bebas dari kata macet, kecual rel atau gerbongnya yang bermasalah. 

Menunggu kereta tiba di stasiun bogor dalam gegap gempitanya suara mesin berbaur dengan suara para calon penumpang dari segala kalangan adalah pekerjaan yang sesungguhnya sudah lama tidak ingin aku nikmati, apalagi dengan semrawutnya stasiun dan asap rokok yang bertebaran dimana-mana, walaupun peraturan sudah sangat lama di umumkan, namun nyaris tidak pernah dipatuhi.

Sambil menunggu, sesekali aku sempatkan untuk melihat foto-foto anakku, mengetik pesan teks, mengabari istriku dan juga menanyakan kegiatan anakku ke pengasuhnya dirumah. Sejujurnya, hal yang paling berat aku rasa, adalah saat meninggalkan rumah dan berpisah dengan anakku, walaupun hanya seharian atau bahkan setengah hari. Aku sudah bertekad, jika sudah waktunya bisa di ajak kesana kemari, aku pasti akan mengajaknya ikut kemanapun aku pergi.

15 menit sebelum keberangkatan kereta yang akan mengantarkanku ke jakarta, entah darimana datangnya, tiba-tiba seorang gadis kecil berdiri tepat didepanku, aku menaksir usianya sekitar 8 tahunan, dengan tatapan yang sangat serius, lalu bergumam, 
“Om, bisakah om menolongku ?!”.
“Apa yang bisa om tolong nih ?!” Tanyaku tak kalah seketika.
“Boleh aku lihat foto di hape om ??”.

Gadis kecil ini ternyata entah berapa lama sudah sedari tadi berdiri tepat dibelakangku memerhatikanku. 

“Ini maksud kamu ?”, Sembari menyodorkan Lenovo Smartphone ku kepadanya.
“Iya om”.
“Boleh aku tanya om ?”
“Boleh, tentu saja”.
“Apa yang om bayangkan saat lihat foto ini yang bikin om senyum dan ketawa sendiri ?”
“Haha..” Aku tak bisa menahan tawaku, dan lalu.. tertawa lepas.
“Kamu ga lihat betapa lucunya foto anak om ini ?? Om membayangkan semua hal tentangnya setiap saat, saat dia senyum, ketawa, cemberut, marah, merengek, manja, semuanya, itu yang bikin om ketawa dan selalu kangen sama dia”.

Tak ada raut apapun yang aku tangkap dari wajahnya, masih sama ketika dengan tiba-tiba dia menghampiriku pertama kali tadi. Kali inipun, sepasang mata kecil itu hanya diam dan menatapku dengan serius, lalu bergumam yang lebih mirip keluh kesah,
“Aku berharap punya Papa seperti Om, yang selalu mengingatku kapan saja dan dimana saja, yang naruh foto aku di layar hape nya dan setiap saat tersenyum mengingat kelucuanku”.

Aku sangat terhenyak dengan penuturan panjang lebar sang anak, bukan karena kepolosannya, bukan karena kata-katanya yang tersusun rapi, tapi karena makna ceritanya yang sungguh diluar dugaanku. Anak sekecil ini sudah sangat fasih mengungkapkan perasaannya, detil dan sangat menohok perasaanku.

Aku tidak tahu harus berkata apa, hanya refleksku langsung bereaksi cepat, sebelum anak itu beranjak, langsung aku utarakan semua keinginanku,
“Bolehkah om foto kamu dengan HP om ?!”
“Mungkin Om bisa mencoba mengingat kamu kapanpun, seperti Om selalu ingat anak Om”

Detik itupun, semburat senyum mekar dibibirnya,

“Tentu bisa om, ayo foto aku, om”

Lalu dengan tingkah centil iya memasang mimik terbaiknya, dan tanpa membuang waktu, segera ku abadikan momen terbaik yang aku dapatkan hari itu, sebuah pembelajaran yang menyadarkanku, betapa sangat berartinya aku bagi anak-anakku, betapa aku adalah cermin dari segala cermin terbaik yang mereka miliki, betapa aku harus menjadi Papa terbaik dari hari ke hari, tak peduli betapa besar rintangannya, aku bertekad untuk melaluinya. 
Hingga yang selalu terucap didalam sanubari mereka, “Papaku adalah Papa terbaik di Dunia

0 komentar:

Posting Komentar